Thursday, August 27, 2015

Mereka Merintis Angkatan Perang Indonesia di Aceh

“Saya menamakan barisan kami ini API, kependekan dari Angkatan Pemuda Indonesia, tetapi yang secara akronimnya juga bisa berarti Angkatan Perang Indonesia. Saya ingat, waktu itu sudah pukul 04.00 dinihari. Teuku Hamid Azwar dan saya bekerja keras, tidak kenal lelah. Secara mendetail, ia membuat analisa mengenai kemampuan personil yang ada. Hasil analisa kami malam itu menghasilkan formasi sementara. Said Ali punya pengetahuan cukup banyak mengenai senjata, ia dicalonkan untuk memegang bidang persenjataan.”

Demikian salah satu penggalan kalimat Sjamaun Gaharu dalam buku “Sjamaun Gaharu; Cuplikan Perjuangan di Daerah Modal” yang ditulis oleh Ramadhan KH. Sjamaun merupakan salah satu tokoh Aceh yang terlibat langsung dalam perang memperebutkan kemerdekaan Indonesia. Dia juga kemudian menjadi salah satu pejabat militer berpengaruh di Aceh.

Sjamaun Gaharu yang awalnya adalah seorang guru di Taman Siswa kemudian berperan aktif dalam mewujudkan Angkatan Perang Indonesia. Hal ini dicatat dengan baik oleh Ramadhan KH dalam autobiografi Sjamaun Gaharu yang diterbitkan pada 1995 lalu.


Dalam buku tersebut, Sjamaun Gaharu turut menemui Teuku Nyak Arief bersama dengan rekan-rekannya Teuku Hamid dan Azwar pada 26 Agustus 1945. Mereka ingin agar tokoh Aceh tersebut memberikan restu pembentukan angkatan perang di Aceh.

“Teuku Nyak Arif berkata, ‘..saya sangat setuju dengan dibentuknya pasukan tentara. Tidak mungkin ada pemerintahan tanpa tentara. Karena itu saya akan meresmikan API, sebagai barisan resmi pemerintahan daerah Aceh.”

“Tapi Teuku Nyak Arif memperingatkan supaya perkataan tentara jangan dipergunakan dulu, karena kita belum mempunyai senjata. Di samping mengatur serta menyusun pembentukan tentara, beliau menganjurkan untuk berusaha dengan sekuat tenaga dengan kebijaksanaan dan keberanian merebut senjata Jepang sebanyak mungkin. Beliau juga menyarankan agar bekas tentara KNIL (Tentara Hindia Belanda) diikutsertakan,” ujar Sjamaun Gaharu.

Dia mengatakan alasan Teuku Nyak Arif agar API turut merekrut bekas tentara KNIL dalam API didasari atas beberapa pertimbangan. Pertama karena bekas tentara KNIL pada umumnya terdiri dari bangsa Indonesia yang umumnya berasal dari suku Jawa, Ambon dan Manado. Selain itu, bekas tentara KNIL juga diketahui telah ahli mempergunakan senjata.

“Di samping itu, dengan merangkul mereka, kemungkinan Belanda memperalat mereka lagi bisa dicegah. Teuku Nyak Arif merencanakan penempatan bekas anggota KNIL ini sebagai anggota “Polisi Istimewa” (semacam Brigade Mobil) yang langsung di bawah komando Residen,” ujar Sjamaun Gaharu.

Rencana pembentukan angkatan perang tersebut mendapat sambutan baik dari Teuku Nyak Arief. Hal ini membuat Sjamaun Gaharu dan teman-temannya menyambut gembira. Hasil konsultasi dengan Teuku Nyak Arif segera disampaikan kepada para pejuang kemerdekaan Indonesia di Aceh.

“Mereka sudah tidak sabar lagi menunggu. Merdeka! Mereka menyambut dengan pekik yang gemuruh. Ya, hari-hari itu pekik merdeka telah diinstruksikan kepada masyarakat. Di mana-mana terdengar kata itu diserukan dengan bersemangat sambil mengacungkan tangan dan mengepal tinju. Dan sepanjang hari itu kami semua sibuk mempersiapkan acara peresmian dan susunan personil yang lebih lengkap untuk API,” kata Sjamaun Gaharu.[]

No comments:

Post a Comment